CILEGON, PUSATBERITA — Lurah Kotasari, Kecamatan Grogol, Kota Cilegon, menyampaikan bahwa pelaksanaan program Kelompok Masyarakat (Pokmas) di wilayahnya saat ini baru terealisasi pada tahap pertama dengan pencairan anggaran sebesar 40 persen. Program tersebut difokuskan pada kegiatan yang menjadi prioritas Pemerintah Kota Cilegon.
“Pokmas memang baru dikasih termin satu, 40 persen, sesuai hasil rapat dan arahan juga. Jadi yang diambil itu program prioritas Pak Wali, seperti penerangan jalan lingkungan (PJL), RTLH, penanganan banjir, dan sampah,” ujar Lurah Kotasari, Senin (27/10/2025).
Menurutnya, beberapa titik kegiatan telah berjalan, antara lain pemasangan lampu PJL Ca’ang di dua lokasi, yaitu di RT 03/RW 02 dan RT 03/RW 07, serta pembangunan drainase di kawasan Ciseh untuk mengatasi genangan air saat hujan.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Untuk PJL Ca’ang sudah beres, dua titik. Drainase di Ciseh juga lagi dikerjakan karena di situ sering tergenang,” jelasnya.
Selain itu, pembangunan paving block juga tengah dikerjakan di tiga titik, masing-masing di RW 06, RW 07, dan RW 08. Sementara program Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) dan jambanisasi diberikan kepada satu penerima manfaat di RT 01/RW 01 Lingkungan Benjangan.
“RTLH dan jamban itu satu orang penerima manfaat. Rumahnya memang belum layak dan belum punya jamban,” tuturnya.
Terkait persoalan jambanisasi, Lurah menjelaskan bahwa berdasarkan data dari Puskesmas, Kotasari sempat berstatus 0 persen rumah tanpa jamban, namun belakangan ditemukan kembali satu kasus rumah tangga yang belum memiliki fasilitas tersebut. Kondisi rumah tersebut, kata dia, sudah disekat menjadi tiga bagian untuk tiga keluarga, namun masih menggunakan dapur dan kamar mandi bersama.
“Itu rumah panjang, dibagi jadi tiga petak. Kamar mandi dan dapur masih di bagian belakang dan dipakai bersama. Jadi walau dihitung tiga KK, fasilitasnya masih satu,” ujarnya.
Dari sisi pelaksanaan proyek, ia menegaskan bahwa pekerjaan Pokmas di Kotasari memprioritaskan pemberdayaan tenaga lokal. Tukang dan pekerja diambil dari lingkungan sekitar sesuai kebutuhan wilayah.
“Kita berusaha manfaatkan swadaya masyarakat. Kalau di RT-nya ada tukang, ya dipakai dari situ. Kalau tidak ada, baru gandeng RW lain atau tetangga kelurahan,” katanya.
Menurutnya, langkah itu juga bertujuan agar pekerjaan tidak menumpuk dan bisa diselesaikan tepat waktu. “Saya arahkan supaya pekerjaan dikerjakan bareng dengan tim berbeda di tiap wilayah, jadi enggak nunggu satu titik beres dulu,” tambahnya.
Diketahui, total anggaran tahap pertama yang diterima Pokmas Kotasari sekitar Rp300 juta lebih, mencakup pekerjaan di tiga RW. Dari delapan RW di Kotasari, sebagian belum tercover karena keterbatasan dana.
“Memang belum semua RW terakomodasi karena baru cair 40 persen. Tapi alhamdulillah semua RW bisa memahami,” kata Lurah.
Sementara itu, untuk program yang belum terealisasi di 2025, pihaknya memastikan akan didorong kembali dalam usulan 2026, sesuai hasil musyawarah bersama para ketua RW.
“Yang belum terealisasi bisa diprioritaskan di tahun 2026. Tapi ada juga RW yang memilih diajukan lagi untuk 2027, tergantung kesiapan mereka,” pungkasnya.














