
Oleh Adinda Ardelia Fadillah, Laisya Amanda | Semester 2 Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu sosial dan Imu Politik Universitas Muhammadiyah Tangerang.
Abstrak
Puasa merupakan ibadah yang tidak hanya menahan diri dari makan, minum, dan hal-hal yang membatalkan selama waktu tertentu, tetapi juga sebagai sarana pembinaan jiwa yang efektif. Melalui puasa, seseorang dilatih untuk mengendalikan hawa nafsu dan emosi, sehingga jiwa menjadi lebih bersih dan kuat. Proses pengendalian diri ini berkontribusi pada peningkatan ketakwaan kepada Allah SWT, karena puasa berperan sebagai perisai yang melindungi dari perbuatan maksiat dan peluruh hawa nafsu. Selain itu, puasa juga mendidik kesabaran, kejujuran, dan kedekatan spiritual dengan Allah, yang pada akhirnya memperbaiki kesehatan mental dan spiritual seseorang. Dengan demikian, puasa tidak hanya berfungsi sebagai kewajiban ritual, tetapi juga sebagai media pembinaan jiwa menuju kesucian dan ketakwaan yang hakiki.
I. PENDAHULUAN
Puasa merupakan salah satu ibadah utama dalam Islam yang tidak hanya menuntut menahan lapar dan dahaga, tetapi juga berfungsi sebagai sarana pembinaan jiwa secara menyeluruh. Melalui puasa, seseorang dilatih untuk mengendalikan nafsu dan emosi, menumbuhkan kesabaran, serta membersihkan jiwa dari sifat-sifat buruk seperti amarah dan kebencian. Dengan demikian, puasa menjadi disiplin spiritual yang mendalam yang bertujuan meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT, sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 183 yang menyatakan bahwa puasa diwajibkan agar manusia menjadi orang yang bertakwa.
Selain itu, puasa juga mengajarkan pengendalian diri yang berkelanjutan, membentuk kepribadian yang penuh kebijaksanaan dan kelembutan hati, serta meningkatkan kesadaran sosial melalui sikap empati terhadap sesama. Dengan menahan diri dari segala bentuk kemungkaran dan menjaga perilaku, puasa menjadi sarana efektif untuk mencapai ketenangan jiwa dan kesehatan mental yang baik. Oleh karena itu, puasa tidak hanya sebagai ritual fisik, melainkan juga sebagai proses pembinaan jiwa yang mengantarkan individu menuju derajat ketakwaan yang lebih tinggi melalui pengendalian nafsu dan peningkatan kualitas spiritual.
II. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan penelitian kepustakaan (library research). Penelitian kepustakaan adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan menelaah berbagai buku, literatur, catatan, dan laporan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Metode ini juga didefinisikan sebagai kegiatan sistematis untuk mengumpulkan, mengolah, dan menyimpulkan data guna mencari jawaban atas permasalahan melalui material yang tersedia di perpustakaan, seperti buku referensi, hasil penelitian sejenis, artikel, catatan, dan jurnal. Dalam pelaksanaannya, penelitian kepustakaan menjadikan dokumen kepustakaan, seperti buku, ensiklopedia, jurnal ilmiah, majalah, atau jenis tulisan lainnya, sebagai objek penelitian.
III. PEMBAHASAN
A. Mengapa puasa dianggap sebagai bentuk latihan jiwa dan bagaimana hal ini berkontribusi pada pertumbuhan spiritual individu
Puasa dianggap sebagai bentuk latihan jiwa karena ia melibatkan proses pengendalian diri yang mendalam, baik secara fisik maupun spiritual. Dalam berpuasa, individu tidak hanya menahan lapar dan dahaga, tetapi juga melatih kesabaran, mengendalikan hawa nafsu, dan memperbaiki niat serta perilaku sehari-hari. Proses ini menjadi sarana pembinaan diri yang mensucikan hati dan menguatkan tekad untuk meraih kebaikan serta menjauhi keburukan.
Secara spiritual, puasa berfungsi sebagai sarana penyucian jiwa dan meningkatkan kesadaran akan kehadiran Allah, sehingga memperkuat hubungan antara hamba dan Sang Pencipta. Dengan menahan diri dari kebutuhan dasar, individu diingatkan akan ketergantungannya kepada Allah dan nikmat yang telah diberikan-Nya, yang mendorong rasa syukur dan ketakwaan. Puasa juga memberikan ruang untuk introspeksi diri, refleksi, dan muhasabah guna mengidentifikasi kelemahan dan memperbaikinya.
Selain itu, puasa mengajarkan pengendalian hawa nafsu dan emosi, yang membantu membentuk karakter yang lebih terkendali dan selaras dengan ajaran agama. Hal ini juga meningkatkan ketahanan mental, ketenangan batin, dan kesabaran dalam menghadapi berbagai tantangan hidup.
Kontribusi puasa terhadap pertumbuhan spiritual individu meliput:
1. Meningkatkan ketakwaan dan kedekatan dengan Allah (QS. Al-Baqarah: 183).
2. Menumbuhkan kesadaran spiritual dan empati terhadap sesama, terutama mereka yang kurang beruntung.
3. Memperbaiki karakter dan budi pekerti melalui latihan disiplin dan pengendalian diri.
4. Memberikan kesempatan untuk refleksi dan transformasi spiritual yang berkelanjutan sebagai perjalanan hidup
B. Bagaimana puasa berfungsi sebagai sarana pelatihan jiwa dan membentuk empati terhadap sesama
Puasa berfungsi sebagai sarana pelatihan jiwa dengan melatih pengendalian diri, kesabaran, dan menahan hawa nafsu, sehingga jiwa menjadi lebih kuat dan terlatih menghadapi berbagai godaan. Selain itu, puasa membentuk empati terhadap sesama karena saat menahan lapar dan dahaga, seseorang dapat merasakan penderitaan orang-orang yang kurang beruntung, khususnya mereka yang hidup dalam kemiskinan dan kekurangan pangan. Pengalaman ini menumbuhkan kepekaan sosial, kepedulian, dan dorongan untuk berbagi serta berbuat baik kepada sesama, sehingga memperkuat solidaritas sosial.
Fungsi puasa dalam melatih jiwa dan membentuk empati, diantaranya:
1. Puasa bukan sekedar menahan lapar dan haus, tetapi juga melatih pengendalian diri dari perilaku negatif seperti kemarahan dan kebohongan.
2. Dengan berpuasa, seseorang belajar kesabaran, ketenangan, dan kontrol emosi yang mendalam.
3. Puasa meningkatkan rasa empati dengan membuat orang merasakan langsung kesulitan orang lain, sehingga mendorong tindakan sosial seperti sedekah dan berbagi.
4. Puasa mengikis kesombongan dan menumbuhkan sikap adil serta kepedulian terhadap sesama.
5. Studi ilmiah menunjukkan puasa meningkatkan kepekaan sosial dan empati, serta mendorong solidaritas dan tanggung jawab sosial.
6. Puasa mengasah empati sosial dengan menyadarkan penderitaan orang kurang mampu, sehingga meningkatkan simpati dan kepedulian.
7. Puasa mengajarkan efisiensi, kesabaran, dan empati sebagai bagian dari pembinaan jiwa.
C. Apa yang membuat puasa istimewa jika salah satu fungsinya seperti spiritual, kesehatan, mental, bisa didapatkan dari ibadah lain
Puasa adalah ibadah antara diri sendiri dan Tuhan, Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Inilah bentuk suatu ketakwaan hamba-Nya untuk menjalankan perintah sekaligus mencoba menguji diri sendiri apakah mampu mengerjakan ibadah yang sering kali banyak hambatannya dengan ikhlas dan sabar. Oleh karena itu, puasa dapat dikatakan sebagai ibadah yang tak tampak seperti halnya shalat, sedekah, zakat, dan lainnya. Karena puasa penilaian Allah yang maha segala tahu isi hati hamba-Nya.
Ibadah puasa juga mengandungkan nilai-nilai dari disiplin yang berbeda dari ibadah lain, seperti:
1. Nilai pada spiritual
Menahan nafsu duniawi selama dari terbit matahari hingga terbenam merupakan salah satu hal yang membuat puasa berbeda dengan ibadah lain. Mencantumkan penelitian dari Americans College of Cardiology menyatakan, “Berpuasa atau menyucikan jiwa dapat mengatasi niat-niat buruk seperti melanggar norma dalam diri.” Puasa adalah jalan pembersihan jiwa untuk kembali menjadi suci kembali, karena puasa sendiri adalah ibadah yang mengharuskan kita untuk menahan segala hal-hal yang membatalkannya. Semakin ikhlas berpuasa, semakin dekat dengan Allah karena hanya Allah-lah yang maha mengetahui segala niat hati makhluk-Nya.
Tips menjaga spiritual saat sedang berpuasa:
Memperbaiki dan selalu mengingat niat hanya untuk Allah setiap saat, ada kalanya cobaan akan mendatangi mencoba merusak niat kita dalam beribadah, oleh karena itu, selalu mengingatkan diri adalah hal ampuh untuk menanganinya. Allah akan membantu hamba-Nya yang bersungguh-sungguh.
Memperbanyak berdoa dan muhasabah (introspeksi) diri, merenungkan diri dan berdoa untuk segalanya kepada Allah SWT. adalah hal yang tidak dapat dijauhkan saat beribadah puasa. Puasa adalah gerbang menuju pendekatan diri pada Allah sekaligus pencerahan menemukan jati diri dan arti hidup yang dijalani.
Kurangi gangguan duniawi, pengaruh globalisasi terutama dalam teknologi menjadi salah satu cobaan yang ada pada puasa. Tidak apa kalau untuk kegiatan positif atau sedang ada kepentingan dalam hidup yang tak bisa dihiraukan seperti pekerjaan. Tetapi, jika hanya untuk scrolling social media untuk mengurangi suntuk saat puasa lebih baik hindarkan dan carilah kegiatan yang lebih bermanfaat untuk mengisinya.
2. Nilai pada kesehatan
Dari ibadah lain, puasa memiliki ketentuan yang kompleks terutama pada bagaimana cara agar kita dapat mengendalikan nafsu makan saat sedang menjalankannya. Tentu saja puasa sangat banyak sekali manfaatnya pada kesehatan, pernyataan penelitian dari Americans College of Cardiology, puasa meningkatkan protein pada otak. Protein sendiri adalah salah satu komponen penting untuk tubuh agar meningkatkan metabolisme serta pembentukan massa otot selain itu membantu meregenerasi jaringan tubuh yang terluka. Puasa juga mengurangi gula darah, dan menurunkan lemak tubuh yang dibakar ketika tubuh sedang dalam masa berpuasa. Jika seseorang yang sudah terbiasa makan terlalu banyak dan dia berpuasa, maka otomatis tubuh yang sudah terbiasa dengan makanan berlebih akan mencari makanan yang biasa akan disalurkan pemiliknya untuk tubuhnya. Otak akan mengirimkan sinyal lapar pada tubuh sehingga tubuh mulai bekerja mencari cadangan energi, dan terjadilah proses pembakaran lemak. Tak hanya pada orang obesitas, tetapi semua manusia yang menjalankan puasa tubuhnya juga akan secara otomatis melakukan pembakaran lemak untuk mengisi kebutuhan energi pada tubuh.
Tips menjaga kesehatan saat sedang berpuasa:
Bersahurlah dengan makanan gizi seimbang, sertakan karbohidrat, protein, serat agar saat siang hari tubuh kita tidak kekurangan energi akibat sahur dengan tidak adanya gizi seimbang, terutama yang memiliki aktivitas berat yang mudah sekali terkuras habis tenaganya hingga memunculkan godaan untuk membatalkan puasa.
Penuhi kebutuhan cairan, hindari minuman dengan manis berlebih terutama pemanis buatan, minum air putih lebih baik untuk memenuhi kebutuhan harian cairan dalam tubuh.
Menjaga pola istirahat cukup, biasakan untuk tidur cukup ketika puasa, karena tidak adanya sumber energi tambahan yang diterima tubuh membuat tubuh menjadi dua kali extra bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan harian. Akibatnya tubuh menjadi mudah lelah, jadi, istirahat yang cukup ketika sudah terlalu lelah saat beraktivitas ketika puasa dianjurkan agar menghindari pula hal-hal yang secara tidak sengaja membatalkan puasa yang sedang dijalani.
3. Nilai pada mental
Puasa menahan hasrat emosional yang sangat berpengaruh pada mental manusia, peningkatan hormon endorfin yang terjadi berperan dalam mengurangi stres dan suasana hati yang dapat membuat hati senang. Pengaruh puasa juga dapat melibatkan cara berpikir dan merespon dunia dengan lebih objektif. Kemampuan self-control juga mulai terbentuk dari ibadah puasa. Menjadi lebih mudah bersyukur dari segala hal yang terjadi dan empati terhadap orang-orang juga membuat puasa menjadi ibadah yang dapat membuat kelanjutan untuk ibadah lain yang akan secara langsung tercipta yaitu sedekah atau memberikan sesuatu yang bermanfaat kepada yang lebih membutuhkan dengan hati ikhlas dan mengharapkan ridha Allah.
Tips menjaga mental saat berpuasa:
Menjaga interaksi sosial yang positif, pengaruh dari sosial yang positif membawa kesehatan mental pada diri sendiri. Karena paparan energi negatif meskipun hanya lisan sangat amat berpengaruh pada kesehatan mental. Bertemanlah dengan orang-orang yang membuat hatimu nyaman dan kamu nyaman untuk mengutarakan pendapatmu.
Kurangi pemikiran-pemikiran berlebihan yang tak diperlukan, fokuslah pada hal-hal yang dituju, jauhkan hal-hal yang membuat hatimu sakit dan membebani pikiran. Fokus ibadah yang sedang dijalani, minta petunjuk pada Allah untuk berserah diri dan pertolongan dari masalah yang membuat membebani pikiranmu.
Ciptakan rutinitas yang menyehatkan jiwa, banyak hal yang dapat dilakukan untuk mendistrak dari hal yang membuat mental rusak. Puasa dan melakukan kegiatan yang bermanfaat dapat dilakukan bersamaaan. Disaat sedang menjalankan ibadah meminta petunjuk juga melakukan kegiatan yang tidak membuat berlarut-larut dalam kehampaan maupun kebingungan. Pikiran kita akan terbuka dan tercerah dari kegiatan itu semua. Dan yang pasti harus selalu dalam jalan Allah SWT.
D. Metode mendekatkan diri kepada Allah dalam meningkatkan ketakwaan pada saat puasa
Seringkali pada saat puasa kita mengabaikan beberapa hal yang sebenarnya mempunyai hukumnya tersendiri tapi masih disalahkan artikan oleh beberapa orang dan dengan pendiriannya sendiri membuat metode yang awalnya berniat mendekatkan diri kepada Allah menjadi kekeliruan akibat kurangnya informasi yang didapat. Padahal mempunyai segudang manfaat apabila tak mengabaikan arti yang sesungguhnya. Ada beberapa kekeliruan yang sudah dirangkum di bawah ini.
I’tikaf tetapi tertidur
Berasal dari bahasa Arab الاعتكاف (akafa), yang berarti menetap, mengurung diri. Sedangkan menurut istilah, berdiam diri di dalam masjid untuk beribadah mendekatkan diri kepada Allah SWT. biasanya banyak dilakukan pada 10 malam terakhir bulan Ramadhan. Ada dua macam i’tikaf, yaitu i’tikaf sunnah dan i’tikaf wajib. Perbedaan dari keduanya ialah, i’tikaf sunnah dilakukan semata-mata hanya untuk mendekatkan diri kepada Allah pada waktu-waktu tertentu seperti saat bulan Ramadhan. Sedangkan, i’tikaf wajib dilakukan ketika memiliki tujuan atau nazar tertentu seperti permohonan kepada Allah untuk membantu mengatasi kesulitan di dunia atau ketika permohonan untuk menyembuhkan penyakit yang telah lama diderita, permohonan dalam i’tikaf juga diselaraskan dengan kesungguhan kita dalam menyerahkan diri kepada Allah sebagai hamba-Nya yang tidak memiliki daya dan upaya melainkan tanpa bantuan Allah sebagai sang pencipta.
Dalam i’tikaf sering kali beberapa kekeliruan didapat, seperti i’tikaf di masjid yang ternyata berdiam diri dalam masjid juga dapat dihitung sebagai tidur. Sebenarnya i’tikaf tetapi tidur di masjid itu tidak membatalkan i’tikaf, yang terpenting adalah niatnya untuk beri’tikaf, tetapi dengan syarat tidak boleh hanya tertidur sepanjang i’tikaf tanpa melakukan ibadah lain, maka akan berkurang pahala yang didapat. Di dalam buku I’tikaf, Qiyamul Lail, Shalat ‘Ied dan Zakat al-Fithr di Tengah Wabah karya Isnan Ansory, masjid saat itu dapat digunakan untuk tidur sehingga seseorang yang sedang beri’tikaf di masjid juga diperbolehkan untuk tidur beristirahat. Jadi, jikalau punya niat i’tikaf tetapi tertidur di masjid setelah mengerjakan beberapa ibadah, hukumnya diperbolehkan saja asal tidak mengganggu aktifitas ibadah orang dalam masjid juga.
Bersiwak atau membersihkan gigi di siang hari
Salah satu hal yang masih terus dilakukan pada saat puasa. Saat puasa, kita tidak makan dan minum dalam kurun waktu 12 jam saat matahari masih terus bersinar. Membuat mulut memiliki bau tak sedap dikarenakan air liur dalam mulut terus berkurang, sedangkan air liur itu sendiri berguna untuk menetralisirkan bakteri. Lalu, lambung kosong juga salah satu penyebabnya, lambung melepaskan zat keton yang menghasilkan bau khas pada mulut. Selain itu, terkadang penumpukan bakteri dari sisa makanan setelah sahur juga menjadi penyebabnya, akibat dari kebersihan mulut yang tak dijaga seperti menggosok gigi atau bersiwak setelah sahur sebelum adzan subuh berkumandang.
Terkadang ada beberapa orang yang memilih untuk membersihkan giginya di pagi hari saat puasa sebelum menjalankan aktivitasnya. Lalu, bagaimana hukumnya? Sedangkan puasa itu sendiri tidak boleh memasukkan apapun ke dalam mulut dengan sengaja saat menjalankannya.
Dalam mazhab Syafi’i, bersiwak atau menggosok gigi saat puasa diperbolehkan baik sebelum atau sesudah waktu dzuhur, dengan ketentuan berhati-hati agar tak tertelan. Namun, ada beberapa yang menghimbau lebih baik jangan karena, bisa saja tanpa disadari air atau bahan pasta gigi ikut tertelan dengan kita. Oleh karena itu, ada beberapa yang menyarankan untuk lebih baik tidak memakai bahan pasta gigi saat sedang berpuasa, cukup dengan menyikatnya dengan sikat saja.
Sedangkan membersihkan gigi menggunakan siwak, mayoritas ulama berpendapat (termasuk mazhab Syafi’i, Maliki, Hanbali) diperbolehkan dilakukan di siang hari saat sedang menjalankan puasa. Didukung oleh hadits dari riwayat Bukhari dan Muslim tentang bersiwak dengan sifat umum tanpa pengecualian khusus orang berpuasa, “Seandainya tidak memberatkan umatku, pasti aku akan perintahkan mereka bersiwak setiap wudhu”. (H.R. Bukhari dan Muslim).
Tertidur sepanjang hari saat berpuasa
Hal yang sering dilakukan sebagian umat muslim ketika sedang berpuasa terutama yang tak memiliki aktivitas saat bulan puasa ialah tertidur sepanjang hari. Hal ini masih terus dilakukan hingga sekarang. Puasa menjadi alasan terhentinya aktivitas berat atau berlebih demi menjaga puasa. Dan ada beberapa yang salah mengartikan bahwa bahkan ketika seseorang tertidur saat puasa dikatakan mendapat pahala, benarkah demikian?
Ada ungkapan masyhur dari para ulama, yang berbunyi:
نَوْمُ الصَّائِمِ عِبَادَةٌ
“Tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah.”
Diriwayatkan oleh imam al-Baihaqu dalam Syu’abul Iman (3/1437). Tapi dibantah dalam Takhrijul Ihya oleh Al-Hafidz al-Iraqi (1/310), dikatakan derajatnya dhaif atau lemah.
Dan dirujuk dalam buku Panduan Lengkap Puasa Ramadhan Menurut Al-Qur’an dan Sunnah dari Abu Abdillah Syahrul Fatwa dan Abu Ubaidah Yusuf, Syaikh Ibnu Utsaimin, ada keterangan tentang tidur saat puasa.
Pendapat pertamanya mengenai seseorang yang tidak bangun sama sekali, dan meninggal ibadah, baik itu sholat maupun ibadah lainnya. Meski dalam keadaan puasa, dikatakan orang itu sama saja bermaksiat kepada Allah SWT. karena telah melalaikan perintah Allah yaitu shalat.
Dan yang kedua, orang yang bangun untuk mengerjakan shalat tetapi kembali lagi tertidur dan terus berulang. Dikatakan bahwa orang itu tak berdosa tetapi hanya tertinggal dari kebaikan dan manfaat beribadah yang lain ketika berpuasa. (Majmu’ Fatawa wa Rasa’il 19/170-171).
Dari keterangan diatas, disimpulkan tidur saat puasa diperbolehkan saja, tetapi bukan untuk seharian tertidur tanpa mengerjakan apapun, terutama tanpa beribadah.
Lalu, bagaimana tidur biasa saja seperti seharusnya, apakah akan dapat pahala?
Dari sebuah hadits riwayat Bukhari dan Muslim menyatakan,
أَمَّا أَنَا فَأَنَامُ وَأَقْوْمُ، وَأَرْجُوْ فِي نَوْمَتِيْ مَا أَرْجُوْ فِي قَوْمَتِي
Artinya: “Adapun saya, maka saya tidur dan bangun. Dan saya berharap dalam tidur saya (karena niat tidurnya adalah untuk semangat ibadah berikutnya) apa yang saya harapkan dalam bangun (sholat) saya.” (HR Bukhari no 4086 dan Muslim no 1733).
Disimpulkan semua tergantung niat yang dikehendaki atas kegiatan tidur yang dilakukan, jika berniat untuk bangun agar kembali segar untuk mengejar jalannya ketakwaan dan ridha Allah, insyaallah, akan diberikan pahala yang setimpal atas niatnya itu.
Dan sah tidaknya puasa dikarenakan tidur, tergantung niat yang diniatkan hati dan tetap bangun dari tidur menjalankan ibadah jika sudah waktunya dikatakan puasa akan tetap sah karena tidak meninggalkan ibadah.
IV. KESIMPULAN
Dari penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwasanya puasa sebagai sarana pengendalian jiwa dari pengendalian hawa nafsu hingga peningkatan ketakwaan bukan hanya kegiatan sekedar menahan diri makanan dan minuman, tetapi juga ibadah multidimensional yang mencakup beberapa hal berikut:
1. Puasa sebagai latihan pengendalian diri
Puasa melatih pengendalian hawa nafsu, emosi, serta kebiasaan buruk, yang membantu membentuk kepribadian yang lebih sabar, tenang, dan terkontrol.
2. Peningkatan ketaqwaan dan kedekatan dengan Allah
Puasa menjadi media spiritual untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Melalui niat yang tulus dan ibadah yang konsisten, puasa meningkatkan ketakwaan sebagaimana disebutkan dalam Al-Baqarah: 183.
3. Pembinaan jiwa melalui nilai spiritual, kesehatan, dan mental
Puasa memperkuat nilai spiritual dengan menahan diri dari hal-hal duniawi, memperbaiki kesehatan tubuh melalui detoksifikasi alami, dan meningkatkan kesehatan mental melalui penguatan self-control dan ketenangan batin.
4. Puasa membentuk empati dan kepedulian sosial
Dengan merasakan lapar dan dahaga, seseorang terdorong untuk lebih peduli terhadap sesama, terutama mereka yang kurang mampu, sehingga memperkuat solidaritas dan tanggung jawab sosial.
5. Nilai ibadah puasa sangat tergantung pada niat
Aktivitas seperti tidur, i’tikaf, dan bersiwak saat puasa tetap dapat bernilai ibadah selama diniatkan dengan benar dan tidak melalaikan kewajiban utama seperti shalat dan ibadah lainnya.
V. REFERENSI
- Wahyudi, S. (2025). Puasa: Jalan Kesempurnaan Spiritual yang Penuh Hikmah. Suara Muhammadiyah.
- Liputan6.com (2025). Memahami Tujuan Berpuasa: Manfaat Spiritual dan Kesehatan.
- Majelis Ulama Indonesia Jawa Timur (2025). Puasa Ramadhan: Sebuah Proses Transformasi Spiritual dalam Meningkatkan Iman dan Kualitas Hidup.
- Media Indonesia (2023). Puasa dan Transformasi Spiritual.
- Kompasiana (2025). Ramadhan, Momentum untuk Pertumbuhan Diri dan Transformasi Spiritual.
- Kompasiana (2025). Puasa dan Hikmahnya terhadap Kesehatan Fisik dan Mental Spiritual.
- UIN Jakarta (2025). Ramadan in Campus: Meningkatkan Keseimbangan Mental dan Spiritual dengan Berpuasa.
- Umsida (2025). Puasa Dapat Meningkatkan Kesehatan Jiwa, Ini 5 Caranya.
- Sumantri, S.Ag. (2019). Ramadhan Sebagai Momentum Menumbuhkan Empati Kepada Sesama. Kantor Urusan Agama Kecamatan Taman Sari, Pangkalpinang.
- UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. (2025). Mengasah Pengendalian Diri dan Menumbuhkan Empati Sesama melalui Puasa Ramadhan.
- STEKOM. (2025). Hikmah Puasa dalam Meningkatkan Kesabaran dan Empati.
- Suparto. (2025). Puasa Mengasah Empati dan Melatih Diri Berbuat Adil. UIN Jakarta.
- Pundi. (2025). Benarkah Puasa Ramadan Tingkatkan Empati dan Kepekaan Sosial?
- NU Online. (2012). Puasa Mengasah Empati Sosial.
- IAIN Parepare. (2025). Puasa Mengajarkan Efisiensi, Kesabaran, dan Empati.
- Manfaat Puasa: Kesehatan, Spiritual, dan Kecerdasan. Humas BAZNAS, 2024.
- Manfaat Puasa dari Perspektif Kesehatan dan Neurosains. Kepala BPOM Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat, 2025.
- Al-Kubaisi, Ahmad Abdurrazaq (1994). Itikaf Penting Dan Perlu. Gema Insani. ISBN 978-979-561-254-4.
- “Pengertian Iktikaf: Arti, Tujuan, Syarat, dan Manfaat”. SINDOnews Kalam.
- “Cara Iktikaf di Masjid dan Rumah, Lengkap Bacaan Niat dan Keutamaannya”. Liputan6. 2021-04-29.
- Al-Kubaisi, Ahmad Abdurrazaq (1994). Itikaf Penting Dan Perlu. Gema Insani. ISBN 978-979-561-254-4.
- “CRCC: Center For Muslim-Jewish Engagement: Resources: Religious Texts”. www.usc.edu.
- Apakah Tidur di Masjid Bisa Membatalkan I’tikaf? Detik.com, 2023