
Tangerang Book Party lantangkan isu-isu HAM melalui Malam Sastra yang bertajuk Menyuarakan Luka, Merawat Ingatan, Sabtu (13/9) 2025 (Foto/istimewa)
TANGERANG, PUSATBERITA – Komunitas Tangerang Book Party (TBP) menggelar Malam Sastra Vol. 3 dengan mengangkat tema “Menyuarakan Luka, Merawat Ingatan” yang berlangsung di Van Koffee, Kota Tangerang, Sabtu (13/9) 2025.
Malam Sastra merupakan program rutin TBP yang bertujuan memperkaya pengetahuan dan membentuk ruang sastra bagi masyarakat, terutama untuk kalangan anak muda Kota Tangerang.
Hal ini disampaikan oleh Ketua Pelaksana, Abdee Ksatria Negara bahwa tema yang dipilih pada Malam Sastra kali ini memiliki makna tentang keprihatinan terhadap luka-luka sejarah bangsa, terkhususnya dengan pelanggaran hak asasi manusia (HAM).
”Iya bangsa kita punya luka yang belum terobati, oleh karenanya kita sebagai bangsa yang peduli terhadap masa depan bangsa tidak boleh diam bila ada kekuatan besar dengan sengaja mengabaikan persoalan tersebut,” ucap Abdee ketika ditemui di lokasi.

Tidak boleh dibungkam atau dilupakan, Abdee berkata, menyuarakan luka berarti memberikan ruang bagi cerita-cerita yang terpinggirkan, sementara merawat ingatan adalah usaha kolektif agar tragedi yang sama tidak berulang di masa depan.
Abdee menjelaskan bahwa TBP sangat konsen dengan isu-isu HAM. Menurutnya, melalui gerakan literasi sudah merupakan bagian dari bentuk kepedulian terhadap pelanggaran HAM yang sampai hari ini belum diusut tuntas oleh negara.
”Literasi bukan hanya soal membaca dan menulis, tetapi juga membaca realitas sosial. Karena itu, kami hadir dalam ruang-ruang yang menyinggung nilai-nilai keadilan, kebebasan berekspresi, dan kemanusiaan,” tambah Abdee.
Dalam pendapatnya, Abdee mengungkapkan kondisi HAM di Indonesia masih menyisakan banyak persoalan, literasi menjadi alat untuk melawan pembungkaman, membuka ruang dialog, serta memperkuat solidaritas antar warga.
Abdee juga menuturkan literasi berperan penting dalam membangun kesadaran kritis masyarakat. Dengan literasi, publik bisa mengenali ketidakadilan, memahami hak-haknya, dan berani bersuara.
Sementara itu, salah satu pengunjung Malam Sastra, Faiq Ilman Musyafa menyampaikan apresiasi penuh terhadap gelaran Malam Sastra ini. Ia berkata Malam Sastra harus bisa beredar dimana-mana dan terus gaungkan isu-isu kerakyatan.
“Bisa menjadi sebuah tempat bagi anak muda mengekspresikan apa yang ingin diekspresikan baik itu musikalisasi puisi atau puisi itu sendiri dan bahkan karya seni lainnya,” tutur Faiq.