
PUSATBERITA, TANGERANG – Institut Binamadani Indonesia menggelar Stadium General Program Magister yang dirangkaikan dengan webinar bertema “Dinamika, Tantangan, dan Transformasi Layanan Haji dalam Negeri”. Acara berlangsung di Aula Institut Binamadani Indonesia dan diikuti puluhan peserta secara langsung serta ratusan lainnya melalui Zoom Meeting.
Rektor Institut Binamadani Indonesia, M. Su’aidi, dalam sambutannya menegaskan bahwa Program Magister Pendidikan Agama Islam di kampusnya terus berkembang. Hal itu ditandai dengan meningkatnya jumlah mahasiswa baru dan capaian akreditasi “Baik Sekali”.
“Lulusan magister tidak hanya diarahkan menjadi akademisi, tetapi juga praktisi yang berperan aktif di masyarakat. Mereka dipersiapkan sebagai dosen, peneliti, konsultan pendidikan Islam, hingga pengelola lembaga keagamaan,” ujarnya.
Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Umar Samsudin, menambahkan, metode pembelajaran magister di Institut Binamadani dirancang dengan standar akademik tinggi, mendekati jenjang doktoral. “Tujuannya agar mahasiswa mampu mengembangkan kapasitas intelektual dan penelitian. Namun kunci keberhasilan tetap pada komitmen dan kedisiplinan,” jelasnya.
Pada sesi webinar, Fuad Masykur, sebagai pemateri pertama memaparkan data penyelenggaraan haji di Indonesia. Tahun ini, kuota haji mencapai 203.320 jemaah reguler dan 17.680 jemaah khusus, sementara jemaah umrah tercatat lebih dari 1,4–2 juta orang per tahun.
“Volume sebesar ini setara dengan satu negara. Mengelola jutaan orang memerlukan manajemen yang profesional dan penuh khidmat,” tegasnya. Ia juga menyoroti antrean haji yang di sejumlah daerah mencapai 20–30 tahun serta pentingnya transparansi biaya penyelenggaraan.
Sementara itu, pemateri kedua, Muhammad Zain, Direktur Pelayanan Haji dan Umrah Dalam Negeri, menjelaskan pembagian kuota haji Indonesia yang terdiri dari reguler, khusus, dan furoda. Menurutnya, pengelolaan kuota harus dilakukan dengan cermat agar tidak menimbulkan kesalahpahaman publik.
Ia juga membandingkan sistem pendaftaran haji di Indonesia dengan Malaysia. “Di Malaysia, orang bisa mendaftar sejak lahir sehingga antrean bisa mencapai 100 tahun,” ujarnya. Muhammad Zain mengajak akademisi untuk ikut mengawal proses transformasi layanan haji yang tengah dilakukan pemerintah.
Acara ini mendapat antusiasme tinggi dari mahasiswa, mitra pendidikan, hingga lembaga perbankan syariah. Stadium General tersebut menjadi momentum penting dalam mengawali perkuliahan Program Magister sekaligus memperluas wawasan akademik mengenai isu strategis layanan haji di Indonesia.