Ariel Noah akan perankan tokoh Dilan di film terbaru Pidi Baiq yakni Dilan ITB 1997 dan Dilan Amsterdam (foto/mediaindonesia.com).
JAKARTA, PUSATBERITA – FALCON Pictures kembali menghadirkan kejutan di dunia perfilman Indonesia setelah sukses merilis 4 film dari franchise Dilan yakni Dilan 1991, Milea: Suara dari Dilan, Ancika: Dia yang Bersamaku 1995 dan Dilan 1983: Wo Ai Ni. Falcon mengumumkan akan menghadirkan 2 film baru dari franchise Dilan.
Dalam konferensi pers di Jakarta, Falcon Pictures resmi mengumumkan bahwa Nazriel Irham, atau yang lebih dikenal dengan Ariel Noah, akan memerankan tokoh Dilan dalam dua film terbaru dari Dilan, yakni Dilan ITB 1997 dan Dilan Amsterdam.
Menariknya, Pidi Baiq sekaligus sutradara itu mengaku tak bisa menjelaskan alasan logis di balik keputusannya —ia hanya menyebut ada semacam “daya mistis” yang membuatnya mantap menjatuhkan pilihan pada Ariel.
“Kalau ditanya kenapa saya pilih Ariel, saya sendiri enggak tahu. Sama seperti alasan kenapa saya memilih istri saya—itu muncul begitu saja,” ujar Pidi sambil tertawa saat ditemui di Jakarta.
Pidi menuturkan, saat mulai menulis Dilan ITB 1997 dan Dilan Amsterdam, hanya nama Ariel yang terlintas di pikirannya. Ia merasa Ariel memiliki “aura” Dilan yang sama kuatnya seperti dulu saat ia menemukan Iqbaal Ramadhan untuk peran Dilan remaja. “Itu semacam mistisme juga,” tambahnya.
Menurut Pidi, Ariel dan Dilan memiliki kesamaan di dunia musik dan seni. “Dilan juga punya band,” ucapnya.
Sementara itu, Ariel mengaku sempat ragu menerima tawaran tersebut. Ia mempertimbangkan waktu dan tanggung jawab besar yang datang bersama peran ikonik ini. “Saya butuh waktu buat benar-benar siap. Soalnya karakter Dilan itu sudah besar banget, jadi saya harus yakin dulu secara hati,” kata Ariel.
Ia menambahkan, meskipun NOAH tengah vakum, ia masih disibukkan berbagai kegiatan lain. Namun setelah berpikir panjang, ia merasa tertantang untuk mencoba dunia akting. “Beberapa tawaran sudah datang sebelumnya, tapi belum ada yang pas. Begitu dapat tawaran Dilan, saya merasa ini saat yang tepat,” tuturnya.
Sebagai sesama warga Bandung, Ariel merasa memiliki kedekatan dengan dunia yang diciptakan Pidi Baiq. “Dilan itu mewakili banyak anak muda Bandung pada masa itu—masa mencari jati diri, nongkrong, dan persahabatan. Saya juga ngalamin hal-hal kayak gitu dulu,” pungkasnya.
