
Thailand dan Kamboja tiba-tiba perang di sepanjang perbatasan. Pangkal masalah konflik ini sebenarnya adalah sengketa wilayah yang dikenal sebagai Segitiga Zamrud. | Foto: Ai/Koranntb
JAKARTA, PUSATBERITA – Perang pecah di perbatasan Thailand dan Kamboja, memanaskan kembali sengketa lama yang selama ini terhindar dari sorotan global.
Serangkaian bentrokan antara militer kedua negara, termasuk serangan udara dan ledakan ranjau darat, menandai eskalasi terbaru dari konflik perbatasan yang telah berlangsung selama puluhan tahun.
Dampak hubungan diplomatik dari aksi saling serang ini menunjukkan eskalasi sengketa antara dua negara bertetangga di Asia Tenggara yang telah berlangsung selama satu abad.
Thailand telah menutup wilayah perbatasannya dengan Kamboja. Sementara itu, Kamboja telah memutuskan hubungan diplomatiknya dengan Thailand seraya menuduh negara tetangganya itu menggunakan “kekuatan berlebihan”.
Masing-masing negara telah meminta warganya yang tinggal dekat perbatasan untuk mengungsi dari wilayah tersebut.
Seorang saksi mata bercerita tentang pertempuran yang intens. “Ini benar-benar serius. Kami sedang dalam proses evakuasi,” kata Sutian Phiwchan, seorang warga lokal di distrik Ban Dan, Provinsi Buriram, Thailand, yang berbatasan dengan Kamboja, kepada BBC.
Mengapa Thailand dan Kamboja bertempur?
Hal ini dipicu oleh masalah sengketa wilayah perbatasan yang berkaitan erat dengan kawasan sekitar Kuil Preah Vihear. Perang yang pecah sejak Kamis telah menewaskan 15 orang hingga Jumat (25/7/2025) siang.
Kuil Preah Vihear secara geografis berada di Kamboja, tapi dianggap masih satu gugusan dengan Kuil Ta Muen Thom atau Ta Moan Thom yang masuk wilayah Thailand.Inilah situs-situs keagamaan yang terus menjadi sengketa kedua negara.
Telisik Sejarah Kuil Preah Vihear
Kuil Preah Vihear yang berusia 900 tahun adalah sebuah kuil Hindu yang didedikasikan untuk Dewa Siwa. Letaknya di tebing setinggi 525 meter di Pegunungan Dangrek, Kamboja.
Dibangun di bawah Kekaisaran Khmer, kuil ini merupakan situs keagamaan tidak hanya bagi warga Kamboja, tetapi juga bagi tetangga mereka di Thailand. Sekitar 95 km ke arah barat terdapat kuil Ta Muen Thom, sebuah kuil Dewa Siwa dari abad ke-12.
Meskipun sebagian besar tertutupi oleh popularitas Angkor Wat, gugusan kuil ini telah menjadi pusat konflik antara kedua negara selama lebih dari setengah abad.
Sebuah peta kolonial 1907 menetapkan kuil itu berada di wilayah pendudukan Prancis saat itu, yakni Kamboja, tetapi Thailand menolak, mengeklaim batas harus mengikuti punggungan gunung.
Mahkamah Internasional (ICJ) pada tahun 1962 memutuskan kuil menjadi milik Kamboja, namun belum menyelesaikan status tanah sekitarnya. ICJ pada 2013 memberikan klarifikasi, memperluas wilayah di sekitar kuil sebagai milik Kamboja, dan lagi-lagi memicu keberatan Thailand.
Permusuhan saat ini berfokus pada kuil Ta Muen Thom. Terletak di sepanjang perbatasan hutan yang terjal di Pegunungan Dangrek, kompleks Khmer Hindu yang kurang dikenal ini mencakup tiga kuil utama—Ta Muen Thom, Ta Muen, dan Ta Muen Tot.
Arsitektur Ta Muen Thom menampilkan tempat suci yang menghadap ke selatan, sebuah anomali di antara kuil-kuil Khmer yang secara tradisional menghadap ke timur. Sebuah patung Shivling yang terbentuk secara alami masih diabadikan di tempat sucinya.
Lokasinya telah menjadikannya titik api yang berulang. Pada bulan Februari, tentara Kamboja dilaporkan menyanyikan lagu kebangsaan mereka di kuil tersebut, yang memicu konfrontasi dengan pasukan Thailand. Sebuah video percakapan tersebut menjadi viral di media sosial.
Sejarah Hubungan Thailand-Kamboja
Ini bukan pertama kalinya terjadi ketegangan antara Thailand dan Kamboja. Setiap kali tensi meningkat, biasanya disebabkan oleh sengketa perbatasan atau ketegangan politik, seperti:
Tahun 1958 dan 1961, Kamboja mengakhiri hubungan diplomatik dengan Thailand terkait sengketa Kuil Preah Vihear.
Tahun 2003, menyusul kerusuhan dan serangan terhadap Kedutaan Besar Thailand di Phnom Penh, Perdana Menteri Thailand saat itu, Thaksin Shinawatra, melancarkan Operasi Pochentong. Operasi ini mengirimkan pesawat militer untuk mengevakuasi semua warga negara dan diplomat Thailand dari Kamboja dan mengusir diplomat Kamboja sebagai balasan.
Tahun 2008 dan 2011, bentrokan militer pecah di Kuil Preah Vihear.
Tahun 2009, Thailand menurunkan hubungan sebagai tanggapan atas dukungan Kamboja terhadap mantan Perdana Menteri Thaksin Shinawatra, yang saat itu sedang diasingkan.
Politik dan Batas Kolonial
Menyusul pembentukan perlindungan Prancis atas Kamboja pada tahun 1863, beberapa perjanjian antara Prancis dan Siam ditandatangani dari tahun 1904 hingga 1907 untuk menentukan batas wilayah. Surveyor Prancis membuat peta berdasarkan garis daerah aliran sungai tetapi membuat pengecualian di dekat situs-situs penting secara budaya seperti Kuil Preah Vihear.
Para sejarawan Asia Tenggara telah lama mencatat bahwa batas-batas wilayah, terutama yang ditetapkan oleh kekuatan Barat, asing bagi politik regional.
Peta-peta buatan Prancis yang didasarkan pada kartografi Eropa memberi Kamboja “geo-body” yang khas, dengan Kuil Preah Vihear terletak tepat di dalam perbatasannya. Thailand secara konsisten mempermasalahkan batas-batas ini, terutama karena teknologi geografis yang lebih modern mengungkap adanya inkonsistensi.
Pada tahun 2008, Kamboja berhasil mendaftarkan Kuil Preah Vihear sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO, sebuah langkah yang kembali memicu pertentangan dari Thailand.
Menteri Luar Negeri Thailand saat itu, Noppadon Pattama, yang mendukung pencalonan tersebut, terpaksa mengundurkan diri menyusul reaksi keras dari dalam negeri. Pada tahun yang sama, bentrokan pecah di dekat kuil, menewaskan tentara dari kedua belah pihak.
Konfrontasi Militer yang Berulang
Konfrontasi militer saat ini bukanlah yang pertama. Pada 28 Mei 2025, insiden militer terjadi di area Kuil Ta Moan Thom dan sekitarnya, menyebabkan satu tentara Kamboja tewas. Kedua negara saling tuding memicu baku tembak.
Kamboja lalu membawa sengketa ke ICJ atas beberapa area yang belum terselesaikan administratifnya, termasuk di sekitar kuil.
Namun, Thailand lebih memilih penyelesaian melalui Joint Boundary Commission (JBC) dan mekanisme bilateral sembari menolak otoritas ICJ.
Pada Kamis (24/7/2025), terjadi baku tembak berskala besar lagi di beberapa titik perbatasan—termasuk dekat Kuil Ta Muen Thom, yang merupakan bagian dari kompleks Kuil Preah Vihear.
Versi Thailand, konfrontasi dimulai ketika pasukan Kamboja mengerahkan pesawat tanpa awak untuk pengintaian udara di dekat posisi militer Thailand.
Upaya tentara Thailand untuk meredakan ketegangan gagal, dan pada pukul 08.20 waktu setempat, baku tembak kedua militer pecah.
1 thought on “Telisik Sejarah Penyebab Pertumpahan Darah Perbatasan Thailand-Kamboja”